Motif-Motif Batik Khas Indramayu

MOTIF DAN SEJARAH BATIK INDRAMAYU

Batik Indramayu digolongkan dalam jenis batik pesisir karena ragam hiasnya naturalis, bebas tidak ada pakem atau batasan mengikat seperti halnya batik Yogya – Solo, tata warna yang sederhana tidak mengurangi ciri khas dari warna pesisiran. Batik pesisiran pada dasarnya merupakan batik dari daerah diluar keraton dan tumbuh dengan perkembangan yang berbeda.

Ragam batik hias Indramayu merupakan hasil dari sekian banyak pencampuran kebudayaan asing dan daerah lain, diolah dengan budaya lokal. Batik Indramayu merupakan perpaduan pengaruh lokal, Hindu, Islam dan Tiongkok. Ciri menonjol batik Indramayu langgam flora dan fauna yang diungkap secara datar, banyak bentuk lengkung dan garis yang meruncing (ririan), berlatar putih dan warna gelap dan banyak titik yang dibuat dengan teknik cocohan jarum, serta bentuk isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Para Pembatik banyak mengambil tema alam disekitarnya, dituangkan dalam hias diatas kain.

Latar belakang kehidupan nelayan dan petani serta lingkungannya menjadi ciri dan identitas batik Indramayu. Tidak banyak makna simbolis pada ragam hias batik Indramayu disebabkan para pembatik lebih cenderung menganggap membatik selayaknya melukis tanpa maksud apapun selain tertarik pada keindahan objek tersebut, kemudian batik sebagai komoditi ekonomi yang dibuat berdasarkan selera konsumen dan tidak memakan waktu lama dalam proses pembuatannya.

Beberapa seni tradisi rakyat lokal berhubungan dengan kehidupan sehari-hari mereka, seperti upacara Nadran bagi nelayan, atau ragam hias batik yang memuat nilai-nilai lokal dari kehidupan nelayan dan petani seperti : iwak etong, sisik, jae serempang, dan rajeg wesi.

 

BATIK COMPLONGAN

Batik Complongan merupakan salah satu seni membatik para perajin batik Indramayu sejak jaman dulu. Complongan sendiri merupakan suatu teknik dalam membatik yang sangat unik dengan cara melubangi kain menggunakan jarum hingga membentuk motif dan memiliki ciri khas warna alami.

Istilah Complongan memang berasal dari bahasa Indramayu yang artinya melubangi. Pada proses pewarnaan kain batik nantinya, lubang halus yang ada di kain tersebut akan hilang.

Batik tulis complongan telah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yaitu Indikasi Geografis dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I dengan nomornya sertifikat: ID G 000000118. Pada prinsipnya semua motif batik Indramayu bisa di complong.

 

50 RAGAM HIAS BATIK INDRAMAYU

Ragam batik hias Indramayu merupakan hasil dari sekian banyak pencampuran kebudayaan asing dan daerah lain, diolah dengan budaya lokal. Berikut 50 ragam hias batik Indramayu yang sudah dipatenkan Hak Cipta Motif nya beserta penjelasannya:

1. KEMBANG SUKET – HC No. 023925

Suket mudah dijumpai tumbuh di pekarangan rumah penduduk sekitar daerah pembatikan di Indramayu. Suket berarti rumput (rerumputan) yang dimaknai secara simbolik sebagai rakyat biasa (rakyat kecil; wong cilik). Kembang berarti bunga bermakna suatu keindahan, keanggunan dan menarik. Motif Kembang Suket bermakna rakyat biasa harus memiliki daya tarik atau kemampuan, meskipun berasal dari kalangan bawah tetap harus berusaha dan belajar supaya memiliki prestasi yang membanggakan.

2. KEMBANG PETE – HC No. 023926

Motif ini berdasarkan gambaran alam sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni batik pada zaman dahulu. Pohon pete yang banyak tumbuh di sekitar daerah Indramayu kebanyakan pete cina atau dikenal dengan sebutan Bendara (Lamtoro) yang tumbuh di pesawahan atau batas-batas pekarangan. Bendara ini buahnya bisa dipakai sebagai menu lalapan dan kayunya berfungsi sebagai pagar antar rumah atau kebun/sawah. Adapun pete yang besar ditemui di Indramayu bagian selatan berbatas Sumedang atau Subang. Biji pete dengan rasa khas banyak disukai oleh masyarakat. Motif kembang pete ini dapat diartikan seperti halnya pohon pete yang buahnya bisa dimakan dan pohonnya berfungsi sebagai pagar, manusia dalam hidupnya selain harus berguna bagi diri sendiri juga kepada masyarakat sekitarnya.

3. LASEM URANG – HC No. 023927

Indramayu dikenal sebagai daerah pesisir yang kaya akan hasil perikanannya, salah satunya adalah udang. Dalam bahasa Indramayu udang berarti urang yang bentuknya kecil-kecil. Nelayan pergi melaut dan menangkap ikan dan udang di pesisir pantai Indramayu selama berbulan-bulan. Kemudian para istri nelayan inilah sejak dahulu mengkaryakan hidupnya dengan membatik selama ditinggal melaut para suaminya. Motif ini terinspirasi oleh kekayaan hasil tangkapan ikan dan udang di pantai utara Indramayu pada zaman dahulu. Konon dengan membatik motif ini berharap supaya mendapatkan hasil yang melimpah.

4. MANUK BENGKUK – HC No. 023928

Motif ini menggambarkan keanekaragaman kehidupan fauna disekitar pantai Indramayu, dimana banyak burung dipinggir pantai untuk mencari makan. Burung berwarna putih dan berleher panjang biasa ditemui di rawa-rawa dan pantai Indramayu. Burung bengkuk menjadi salah satu bagian fauna yang menginspirasi para pembatik dalam berkarya dan menuangkannya dalam sehelai kain batik tulis Indramayu.

5. LOKCAN – HC No. 023929

Lokcan berasal dari bahasa Cina (Luk Cuan), motif ini merupakan variasi dari motif burung phoenix (Burung Hong) yang menurut legenda bangsa Cina hanya muncul pada masa-masa damai dan makmur. Burung Phoenix disebut Hong oleh masyarakat Cina diyakini sebagai pembawa keberuntungan, oleh karena itu motif lokcan ini dibuat agar masyarakat selalu mendapatkan keberuntungan dan keberhasilan dalam segala hal.

6. KERETA KENCANA – HC No. 023930

Penggambaran seni di zaman dahulu, kereta menjadi simbol dari kekuasaan, kemegahan, kebijaksanaan, dan kebangsawanan, menggambarkan puncak pencapaian tujuan.

7. MERAK BERUNDING – HC No. 023931

Motif merak berunding menggambarkan burung yang saling berhadapan, menunjukkan karakter, sifat dan kepiawaian rakyat Indramayu dalam mengatur strategi di zaman penjajahan. Makna berunding berarti pula strategi dalam menentukan kemufakatan dan merak berarti kepiawaian dan kegagahan. Sehingga merak berunding bermakna kepiawaian rakyat dalam menentukan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai tujuan bersama.

8. MANUK DRAWES – HC No. 023932

Manuk Drawes merupakan burung yang banyak ditemui di daerah Indramayu terutama di bantaran Sungai Cimanuk. Sungai yang membelah kota Indramayu ini memang menjadi tempat tinggal dan sejarah daerah pembatikan antara lain Desa Paoman, Babadan, Penganjang, Terusan, Anjun, Pegirikan. Manur drawes biasa terbang diatas permukaan sungai dan hinggap di rumah-rumah penduduk. Burung pemakan serangga ini mempunyai kebiasaan mengeluarkan air liur untuk menarik mangsanya.

9. MERAK NGIBING – HC No. 023933

Burung Merak merupakan simbol kegagahan dan kegembiraan. Ngibing berarti tarian (burung yang sedang menari). Sehingga motif merak ngibing menggambarkan kegembiraan dari rakyat dalam mencapai kemenangan yang di ekspresikan dalam bentuk tarian.

10. PACAR CINA – HC No. 023934

Pacar cina ada yang mengartikan sebagai penganan (makanan) yang terbuat dari tepung berbentuk persegi kecil-kecil, dimasak dengan santan dan diberi gula. Ada juga yang menggambarkan sebagai biji daun pacar yang dapat berfungsi sebagai kutek pewarna merah kuku. Tanaman pacar berasal dari daratan Cina, berdaun kecil dan berbunga bulat kecil. Biasanya para wanita muda menumbuk daun sampai halus, memberinya sedikit air dan memasangkan pada kuku semalaman. Dahulu, banyak orang belanda yang menaruh simpati melihat keanggunan para wanita muda berkebaya dan berbatik yang berjari lentik dengan kuku berwarna.

11. PARANG TEJA – HC No. 023935

Parang berarti jalinan yang tidak pernah putus dan selalu ingin memperbaiki diri. Sedangkan Teja adalah sinar atau cahaya kehidupan. Sehingga Parang Teja bermakna cahaya kehidupan yang tidak pernah putus yang selalu ingin memperbaiki diri untuk menuju hidup yang lebih baik.

12. PENTIL KUISTA – HC No. 023936

Pentil berarti buah muda, sedangkan kuista adalah buah yang berasa asam manis. Pohon kuista banyak ditemui di desa Babadan, Cantigi dan Rambatan. Buah Kuista berbentuk bulan seperti bola tenis, berkulit keras, berwarna coklat muda sampai tua. Buah Kuista mentah berasa hambar, terasa manis saat matang, biasanya dibuat sirup atau rujak dan bagus untuk kesehatan pencernaan. Zaman dahulu buah ini sangat terkenal dan banyak diperjualbelikan di pasar sekitar Indramayu. Walau tidak seperti pada zaman kejayaannya, buah kuista masih bisa ditemui dan dijual di pasar-pasar tradisional (pasar malam). Motif Pentil Kuista juga menggambarkan kehidupan rakyat yang sering merasakan asam manisnya kehidupan.

13. SAWAT PENTIL KUISTA – HC No. 023937

Sawat Pentil Kuista terdiri atas dua buah kata, yaitu sawat dan pentil kuista. Kata sawat itu sendiri dapat diartikan mahkota pengantin yang dipakaikan di lengan. Motif batik Sawat Pentil Kuista ini sendiri terinspirasi oleh buah dari pohon kuista (pentil kuista) yang memiliki rasa manis yang merupakan salah satu keanekaragaman flora khas pesisir Indramayu.

14. OBAR-ABIR – HC No. 023938

Wilayah Indramayu tidak dapat terlepas dari wilayah pesisir pantai-pantai yang indah. Motif Obar-Abir adalah motif dasar yang dilambangkan sebagai ombak lautan yang tersusun rapi dan berkejar-kejaran menuju pantai pasir. Motif ini dilengkapi dengan isenan (isi) yang terdiri dari keanekaragaman flora dan fauna khas pesisir Indramayu.

15. SAWAT BISKUIT – HC No. 023939

Kata sawat berarti sayap, simbol sawat ini sering dijumpai di kerajaan-kerajaan dahulu yang dipakai sebagai mahkota atau simbol kekuasaan. Sedangkan biskuit adalah salah satu jenis makanan yang dahulu ditemui pada acara-acara tertentu saja, seperti hari besar dan perayaan. Biskuit pada zaman itu menjadi makanan mewah yang hanya disajikan pada acara adat pernikahan rakyat Indramayu dimana pengantin dipakaikan sawat/mahkota pada lengan tangannya.

16. RAMA – HC No. 023940

Motif ini menggambarkan bentuk mahkota segitiga kerajaan yang mirip dengan mahkota pengantin Jakarta. Pada zaman dahulu, mahkota ini banyak dipakai pada upacara pernikahan adat di desa Babadan dan Penganjang yang merupakan daerah pembatikan. Pengantin diarak oleh keluarga dan warga sekitar diiringi tarian khas daerah.

17. RAJEG WESI – HC No. 023941

Rajeg Wesi diambil dari bahasa Jawa yang artinya pagar yang terbuat dari besi. Kita pahami setiap rumah atau pekarangan yang dipagar apalagi terbuat dari besi itu maknanya adalah pengamanan yang kokoh. Rumah yang diberi pagar besi dimaksudkan agar bisa memberi rasa aman pada penghuni di rumah tersebut. Rasa nyaman dan aman menjadi suatu bentuk kebutuhan hidup manusia. Agar ia tak terganggu oleh binatang liat, oleh makhluk jahat dan berbagai macam bahaya yang mengancam. Ornamen khas motif rajeg wesi dihiasi oleh motif ikan sesuai dengan daerah pesisir Indramayu.

18. PUYONG – HC No. 023942

Dahulu motif ini mengambil objek sejenis burung besar, bentuk tubuhnya seperti burung merpati dan sering hinggap di sekitar rumah penduduk wilayah pembatikan di Indramayu. Karena sudah menjadi bagian dari komunitas pendudukan, burung ini diabadikan dalam sebuah karya batik, batik motif puyong.

19. SEJURING – HC No. 023943

Nama motif ini berasal dari kata segaring, yang menandakan kotak-kotak jaring nelayan. Seperti diketahui bahwa Kabupaten Indramayu kaya akan potensi sumber daya lautnya, maka banyak nelayan baik yang tradisional maupun modern mencari ikan dengan menggunakan jaring. Bentuknya kotak-kotak yang biasanya diperbaiki di rumahnya. Kono motif ini merupakan simbol dan doa agar hasil yang diperoleh selama melaut menjadi berkah kehidupan.

20. SAWAT PENGANTIN – HC No. 023944

Sawat berarti hiasan pengantin di pelaminan maupun dalam pesta tarian adat yang berbentuk menyerupai sayap atau kupu-kupu, dipasang di lengan bagian atas. Sawat yang berbentuk mahkota dipasang diatas kepala pengantin. Dahulu, pasangan pengantin di derah Babadan dan Penganjang diarak diringi aksi tarian, musik dan atraksi seni rakyat.

21. SAWAT RIWOG – HC No. 023945

Motif ini menggambarkan keanekaragaman flora fauna laut seperti terumbu karang, teripang laut dan lain-lain. Maknanya menggambarkan keberagaman masyarakat Indramayu yang terdiri beraneka ragam suku keturunan seperti arab, cina, melayu dan sebagainya.

22. SAWAT RIWEH – HC No. 023946

Arti dari kata riweh adalah keringat. Kata ini melambangkan daya upaya sekuat tenaga. Tujuan penggunaan motif ini sendiri adalah menginspirasi pengguna agar lebih gigih dan berjuang sekuat tenaga dalam berusaha mencapai tujuan.

23. SRIKIT – HC No. 023947

Motif Srikit berisi gambaran gunungan menyerupai sebuah pagoda. Terdiri beberapa gunungan dalam pewayangan atau juga semacam piramid sebagai latar batik dan beberapa bunga atau tumbuhan diatas gunungan tersebut.

24. SISIK – HC No. 023948

Sisik dapat diartikan sebagai kulit ikan yang berbentuk bulatan tipis dan tersusun rapi. Sisik menjadi latar batik dan dihiasi bunga atau burung ini terinspirasi dari salah satu kenanekaragaman flora dan fauna sepanjang pesisir Indramayu. Motif batik ini melambangkan rasa syukur masyarakat pesisir Indramayu atas hasil alam yang melimpah.

25. SEKAR NIYEM – HC No. 023949

Merupakan motif tumbuh-tumbuhan berbunga yang banyak ditemui disekitar daerah pembatikan di Indramayu. Berdaun kecil dan berbunga wangi, biasa digunakan sebagai salah satu bunga dalam acara sakral atau sejenisnya. Beberapa orang meyakini batik ini bernilai luhur dan mengingatkan manusia bahwa hidup yang baik adalah hidup yang pada akhirnya dikenang karena harum namanya.

26. JAE SAREMPANG KANDANG – HC No. 023950

Jae atau Jahe adalah tumbuhan yang umbinya bermanfaat sebagai bumbu masak dan juga keperluan obat-obatan. Pada motif dilukiskan berupa rimpang jahe di dalam tanah dengan daun yang tumbuh ke permukaan tanah. Tanaman ini dahulu banyak dibudidayakan oleh warga di daerah Indramayu. Motif ini mengingatkan manfaat dan perlunya bertanam tanaman yang bermanfaat baik secara ekonomis, manfaat kuliner dan bisa sebagai tanaman obat keluarga.

27. TELUKI – HC No. 023951

Motif ini menggambarkan tumbuhan berdaun kecil-kecil dan terdapat bentuk semacam kipas-kipas. Biasanya tumbuh di daerah rawa-rawa dekat sungai/pantai atau empang berair payau di pesisir Indramayu. Teluki ini oleh sebagian ibu digunakan sebagai campuran dalam kuliner rumbah. Rumbah adalah semacam rujak khas Indramayu yang berisi beraneka dedaunan yang dimasak dan disiram sambel asam dan kacang.

28. SUNGGINGAN MANUK TETINGKRING – HC No. 023952

Motif ini menggambarkan burung yang sedang memadu kasih diatas pohon. Makna dari motif ini menyiratkan berkah kehidupan lahir dan batin dalam kehidupan berumah tangga, keharmonisan dan kebahagiaan yang langgeng dan terjaga selama-lamanya.

29. SWASTIKA/SIDOMUKTI – HC No. 023953

Sidomukti terdiri dari dua buah kata yaitu sido dan mukti. Kata sido itu sendiri berarti terus menerus (berkelanjutan) dan kata mukti memiliki arti makmur atau kemakmuran. Kata Sidomukti ini sendiri memiliki arti kemakmuran yang terus menerus. Motif batik Indramayu sidomukti ini sendiri dibentuk dari persegi yang tersusun rapi yang dilengkapi dengan isenan (isi) khas seperti ikan dan udang yang melambangkan keanekaragaman flora dan fauna wilayah pesisir Indramayu.

30. KEMBANG KAPAS – HC No. 023954

Mitos dari kain ini salah satunya adalah digunakan sebagai pelindung bagi anak yang sedang sakit dengan harapan cepat sembuh. Memang batik ini mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dan membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan. Hanya orang tua tertentu yang dengan sabar mau membuatnya sehingga bernilai tinggi secara harfiah dan bernilai sakral. Batik motif ini tergolong batik tua yang dikoleksi pada zaman dahulu hingga sekarang.

31. KEMBANG KOL – HC No. 023955

Motif bunga dan daun secara sederhana berartikan suatu keindahan, kecantikan dan kebahagiaan. Motif sederhana seperti dedaunan ini dapat berarti sebagai wahyu Tuhan untuk menggapai suatu cita-cita. Seperti kenaikan pangkat, penghargaan, kehidupan yang baik, dan rizki yang berlimpah.

32. KEMBANG BETAH – HC No. 023956

Kembang betah merupakan jenis tumbuhan menjalar yang dahulu banyak tumbuh di sepanjang daerah pembatikan Paoman, Babadan, Penganjang, Anjun, dan Terusan. Motif ini memiliki makna bahwa pentingnya kesinambungan antara manusia dan alam supaya indah, harmonis dan terjaga selama-lamanya.

33. KAPAL KANDAS – HC No. 023957

Motif Kapal Kandas ini tidak asing bagi masyarakat Indramayu yang dikenal sebagai pelaut sejak zaman sebelum kemerdekaan Indonesia. Istri-istri pelaut inilah yang mengisi waktu luang selama ditinggal melaut selama berhari-hari dengan membatik. Beberapa kisah mengatakan bahwa kandas berarti karam, menggambarkan kapal yang hancur sehingga tinggal puing kapal, dayung, ceruk, rantai dan sebagainya terkait peperangan belanda di sekitar bantaran Cimanuk dan laut pantai utara. Para pembatik bertempat tinggal di jalur sungai Cimanuk yang menjadi bandar kapal-kapal Belanda maupun nelayan pada waktu itu.

34. KEMBANG GUNDA – HC No. 023958

Kembang Gunda adalah tanaman yang banyak tumbuh di rawa-rawa/balong di pesisir pantai dan bermanfaat menjadi bagian isi makanan rumbah. Berasa agak pahit/sepet/hambar tetapi tetap enak menikmati hasil olahannya. Motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi, dan semakin lama semakin terasa subur berkembang. Karena maknanya, kain ini biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari pernikahan. Harapannya adalah agar cinta kasih ini akan menghinggapi kedua mempelai, diberi kesabaran walau pahit manis dalam kehidupan yang akan ditempuh.

35. KAWUNG – HC No. 023959

Kawung adalah daun dari buah aren yang dikeringkan dan juga pada zaman dahulu banyak digunakan sebagai bungkus tembakau. Motif kawung bermakna keinginan dan usaha yang keras selalu membuahkan hasil dan rejekinya berlipat ganda, walaupun kadang memakan waktu lama. Kerja keras untuk menghasilkan sesuatu berlipat akan lebih bermakna jika disertai dengan sikap hemat, teliti, cermat, dan tidak boros. Namun sayang, budaya kerja keras untuk menuai hasil maksimal tidak dilakukan oleh semua orang. Apalagi di zaman sekarang, orang ingin serba instan, ingin cepat kaya tanpa harus bekerja keras. Oleh karena itu, ada saja mereka yang melakukan hal-hal tercela untuk mendapatkan keinginannya.

36. JAE SREMPANG – HC No. 023960

Jae atau jahe adalah tumbuhan yang umbinya bermanfaat sebagai bumbu masak dan juga keperluan herbal obat-obatan. Pada motif dilukiskan berupa rimpang jahe di dalam tanah dengan daun yang tumbuh ke permukaan tanah. Berbeda dengan serempang kandang, penggambaran jahe serempang tumbuh sendiri, soliter, tumbuh liar dan tidak dibudidayakan.

37. JATI ROMBENG – HC No. 023961

Tanaman jati, mulai dari akar, pohon dan daun dapat dimanfaatkan. Kayunya merupakan bahan baku meubelair, kerajinan bubut kayu. Tunggak dan akarnya (gembol) dapat diolah menjadi karya seni yang bernilai tinggi. Jati (pohon jati) banyak ditemui di Kabupaten Indramayu bagian selatan khususnya di daerah Haurgeulis. Kayu jati diolah dan dimanfaatkan dengan kreatifitas untuk dapat meningkatkan taraf hidup.

38. IWAK ETONG URANG AYU – HC No. 023962

Motif ini menggambarkan arti sebenarnya bahwa Indramayu adalah salah satu daerah pesisir pantai utara jawa penghasil udang dan ikan. Istri-istri yang ditinggal melaut selama berbulan-bulan mendapatkan penghasilan tambahan dari membatik. Membatik sendiri bagi warga paoman, babadan, penganjang, anjun dan pagirikan sudah merupakan pekerjaan seolah otodidak turun temurun dari ibu dan nenek mereka. Motif ini menggambarkan aneka hasil laut. Urang ayu atau udang cantik menggambarkan udang yang besar, beberapa kepiting, cumi-cumi dan aneka tumbuhan laut juga tampak dilukiskan pada motif ini. Ikan etong seperti bentuknya berupa ikan besar berdaging tebal dan biasa disajikan berupa ikan bakar di wilayah pantura. Beberapa orang meyakini bahwa memakai motif ini akan mendatangkan kebahagiaan dan kemakmuran bagi nelayan agar mendapatkan hasil tangkapan ikan yang banyak selama melaut.

39. IWAK PETEK/IWAK KEPER – HC No. 023963

Motif ini banyak terinspirasi oleh lingkungan di daerah pesisir Indramayu yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Petek berarti jenis ikan yang biasa dikenal warga lokal. Adapun makna motif ini bahwa hidup harus selaras dalam keseimbangan demi meraik kemakmuran.

40. GANGGENG – HC No. 023964

Motif Ganggeng ini menggambarkan semacam rumput laut/ganggang (alga) yang banyak ditemukan di pantai. Dalam batik ini, ganggang mengandung filsafah bahwa tumbuhan ganggang yang lembut di dalam air mempunyai peran sebagai rumah bagi binatang laut dan pelindung dari predator serta berfungsi pula sebagai bahan pangan manusia. Maknanya bahwa dalam kehidupan seyogyanya kita berlaku lemah lembut bukan berarti lemah akan tetapi kita juga bisa melindungi dan berguna bagi orang lain. Sehingga orang lain akan merasa nyaman dengan adanya saling membantu dan tolong-menolong dalam kebaikan.

41. KAYU GORDA – HC No. 023965

Motif ini menggambarkan pohon dengan bagian batang dan ranting yang menjalar besar dan kuat. Pohon yang tumbuh melindungi aneka hewan dan ikan yang hidup dibawahnya. Beberapa orang menyebut pohon ini pohon bakau yang biasa ditemui di pantai atau rawa-rawa. Biasanya tumbuh dengan akar yang panjang dan masuk ke air.

42. DAN LIRIS/UDAN LIRIS – HC No. 023966

Motif ini mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani hidup prihatin biarpun dilanda panas dan hujan. Setiap orang yang berumah tangga, apalagi pasangan yang baru menikah, harus mau dan berani hidup prihatin ketika banyak halangan dan cobaan. Ibaratnya seperti tertimpa hujan dan panas, tidak boleh mudah mengeluh. Segala macam halangan dan rintangan itu harus bisa dihadapi dan diselesaikan bersama-sama.

43. SRINTIL – HC No. 023967

Srintil merupakan sejenis burung yang banyak hidup dan berterbangan di rawa dan pesisir pantai Indramayu. Burung yang indah dengan sayap yang panjang di sepanjang pesisir, balong (rawa-rawa) dan tambak-tambak ikan petani wilayah Indramayu.

44. TERATAI – HC No. 023968

Motif Teratai adalah penggambaran bunga. Bunga teratai akrab bagi warga Indramayu khususnya bagi para pembatik yang tinggal di daerah berawa dan sekitar pantai. Tangkainya biasa dibuat tumis dan biji buahnya bisa dibuat kuaci. Bunga ini memberi inspirasi bagi para pembatik dan dituangkan indah dalam sehelai kain yang cantik yang merupakan simbol kesucian dan kebenaran.

45. TIGA NEGERI – HC No. 023969

Tiga negeri menggambarkan tiga aspek kehidupan yang merupakan dasar keseimbangan yaitu tanah, air dan udara. Menjaga ketiganya merupakan syarat menuju hidup yang berkeadilan dan berkemakmuran.

46. BANJI TEPAK – HC No. 023970

Motif ini memiliki makna keteraturan dalam kehidupan. Motif banji berupa ornamen swastika yang disusun yang tiap ujungnya saling menyambung (swastika tertutup). Nama “bandji” berasal dari bahasa tionghoa, kata “ban” berarti sepuluh dan “dzi” berarti beribu perlambang murah rezeki atau kebahagiaan yang berlipat ganda. Banji tepak bisa bermakna sebagai kotak perhiasan yang melambangkan kesuburan dan keragaman, dirangkai oleh ornamen swastika yang saling terkunci. Motif banji pada batik Indramayu menggambarkan kotak yang berisi aneka ragam hias mencerminkan kekhasan lokal berupa kekayaan ikan, udang, burung, binatang piaraan, persawahan dan aneka tumbuhan. Merupakan cermin mata pencaharian di daerah pembatikan paoman, babadan dan penganjang Kabupaten Indramayu. Makna batik ini menunjukan kekayaan tanah dan laut Indramayu yang harus selalu dijaga dan dimanfaatkan dengan baik.

47. AYAM ALAS – HC No. 023971

Motif Ayam Alas merupakan penggambaran keadaan dari alam sekitar daerah Indramayu. Sebagian daerah Indramayu terutama bagian selatan memang banyak ditemukan alas (hutan) dan aneka satwa yang hidup didalamnya pada waktu itu. Motif ini didominasi oleh ragam hias dedaunan yang menjuntai, beranting dan ayam yang mempunyai bulu yang lebat.

48. BOKONG SEMAR – HC No. 023972

Batik motif ini biasanya hanya berwarna dasar hitam dan ragamnya berhias warna warni atau hanya putih. Terinspirasi oleh tokoh pewayangan semar yang memakai sarung atau kain berwarna hitam. Semar dikenal dalam dunia pewayangan berperawakan gemuk hanya di daerah tertentu. Semar juga menggambarkan tokoh yang bijaksana. Beberapa masyarakat masih mempercayai bahwa memakai motif ini melambangkan kebijaksanaan pemakainya seperti cerita semar.

49. BANJI – HC No. 023973

Nama “bandji” berasal dari tionghoa yang berasal dari kata “ban” berarti sepuluh dan “dzi” berarti beribu perlambang murah rejeki atau kebahagiaan yang berlipat ganda. Motif ini memang menggunakan dasar ornamen banji murni pada latarnya dan dihiasi lunglungan atau motif tumbuhan untuk menghiasnya. Motif banji dibuat dengan tingkat kesulitan yang tinggi dan membutuhkan keahlian khusus dalam proses pembatikan.

50. CENDRAWASIH – HC No. 023974

Semua orang mengenal bahwa burung cendrawasih berasal dari papua (dulu irian jaya). Keindahan burung ini telah menginspirasi para pembatik di Indramayu. Kemungkinan burung ini sudah ada di Indramayu atau pernah dikoleksi pada zaman terdahulu di sekitar Indramayu. Keindahan dan kecintaan akan alam berupa satwa berupa burung banyak menginspirasi para pembatik dalam sebuah helai batik.

 

MOTIF BATIK INDRAMAYU LAINNYA

Selain motif-motif diatas yang sudah memiliki Hak Cipta, Batik Indramayu juga masih memiliki beberapa motif lain, diantaranya :

1. Beras Ketumplek, Beras Ketumplek 2, Blarak, Burung Hong, Cindelaras, Cimaunuk, Ganggeng Urang Ayu, Cucak Rowo

 

2. Amoeba, Slompret, Banji, Batako, Ayam Jago, Ayam Kate

 

3. Gentong Kosong, Godong Pelem, Ikan Etong, Kapal Kandas 2,  Golden, Haurgeulis, Kembang Betah, Kembang Duwet

 

4. Kembang Karang, Kembang Suket, Kembang Evi, Kembang Kersem

 

5. Kraca, Kupu Setaman, Ling-Ling, Lokcan 3

 

6. Mangga Cengkir, Manuk Bango, Lokcan Kipas, Manuk Blekok

 

7. Manuk Dara, Manuk Blibis, Manuk Dara 2, Merak Nangkring, Mega Guntur, Merak Kipas

 

8. Pentil Mangga, Sawat Penganten, Sang Ayu, Tangga Istana, Teko, Ganggeng 2

 

 

 

BERITA TERKAIT